Minggu, 13 Juli 2014

Bahan Aditif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia



Bahan Aditif Makanan Dan Pengaruhnya Bagi Kesehatan Manusia


Sesuai dengan peraturan Mentri Kesehatan RI No.329/Menkes/PER/XII/76, yang dimaksud dengan bahan aditif makanan adalah bahan yang dicampurkan / ditambahkan atu tercampur pada waktu pengolahan makanan ( misalnya penyedap rasa, penambah aroma, pengawet, pemanis).

Bahan aditif atu bahan tambahan ada dua macam yaitu :

  1. Aditif sengaja, yaitu bahan yang sengaja dicampur dalam makanan dengan maksud dan tujuan tertentu misalnya agar meningkatkan nilai gizi dan cita rasa.
  2. Aditif tak sengaja, adalahan bahan aditif yang terdapat dalam makanan secara alami dalam jumlah terbatas, dapat pula sebagai akibat kesalahan dalam proses pengolahan.
a.       Kandungan asam biru pada kentang, bila dimasak kurang sempurna, asam biru dapat menyebabkan keracunan, walau kadar asam biru dalam kentang sangat kecil dan tidak menghawatirkan
b.      Kafein, merupakan zat aditif yang terdapat dalam teh, kopi, coklat. Kandungan kafein dalam teh sebenarnya lebih besar daripada yang terkandung dalam kopi. Tapi dalam pemakaiannya, teh relatif lebih encer daripada kopi. Kafein dapat mempercepat kerja susunan saraf, walaupun setiap orang berbeda kepekaanya. Sebaiknya, ibu yang sedang hamil tidak mengkonsumsi makanan yang mengandung kafein dalam jumlah yang besar karena dapat mengganggu kesehatan bayi.

Zat aditif yang sengaja dicampur dalam bahan makanan dan pengaruhnya terhadap kesehatan adalah sebagai berikut .

  1. Zat Pemanis Sintetik

Perhatikan contoh berikut:
1 kg tepung terigu dapat terasa manis bila ditambah ¼ kg gula putih
1 kg tepung terigu dapat terasa manis bila ditambah ¼ kg mg gula putih + 10 gram pemanis.

Dari dua contoh tersebut, dapat dijelaskan bahwa zat pemanis sintetik /buatan merupakan zat yang dapat menimbulkan rasa manis atau mempertajam rasa manis. Zat pemanis yang banyak digunakan dalam makanan atau minuman saat ini adalah sakarin. Kemanisan sakarin adalah 30 x gula biasa.
Pengguanaan sakarin tergantung pada insensitas kemanisan yang dikehendaki. Pada kosentrasi tinggi, sakarin akan menimbulkan rasa pahitdan getir.
Hasil penelitian di Kanada menunjukan bahwa penggunaan 5% sakarin dalam makanan tikus, dapat merangsang terjadinya tumor pada kantung kemih. Dari hasil tersebut, tidak disarankan atau dilarang menggunakan sakarin dalam makanan.

  1. Zat Pengawet

Zat pengawet yang sering digunakan sebagai bahan pengawet adalah : asam sorbet, asam propionate, asam benzoate, asam asetat dan asam boraks,

a.      Asam Sorbat
Bahan yang digunakan umumnya natrium dan kalium sorbet. Sorbet digunakan untuk encegah tumbuhnya jamur dan bakteri. Sorbat aktif pada pH sekitar 6,5 dan keaktifan sorbet akan menurun pada pH diatas 6,5

b.      Asam Propionat (CH3CH2COOH)
Propionat biasanya digunakan dalam bentuk garam Na dan Ca. propionat efektif terhadap jamur pada pH diatas 5.

c.       Asam Benzoate (C2H3COOH)
Asam benzoate  berfungsi sebagai bahan pengawet yang digunakan untuk mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri. Benzoat aktif pada pH 2,5-4,0. Penggunaan bahan pengawet yang berlebihan dapat menimbulkan efek yang membahayakan kesehatan, yaitu dapat menjadi tempat pertumbuan kangker. bahan-bahan yang dapat menimbulkan kangker disibut karsinogen

  1. Zat Pewarna
Di Indonesia tatacara atau undang-undang zat pewarna makanan belum ada. Sehingga, cenderung penyalahgunaan dalam pemakaian zat pewarna. Misalnya, sering digunakan zat warna tanpa mencantumkan label dan merek.
Sirop dengan warna yang mencolok dan indah, di khawatirkan mengadung zat warna tekstil dan pewarna kulit. Bila hal itu terjadi, sangat membahayakan kesehatan pemakainya, karena zat pewarna tekstil mengandung residu logam berat yang dapat merusak organ hati dan ginjal. Oleh sebab itu, sedapat mungkin hindari mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung pewarna sintetik.
Departemen Kesehatan telah menetapkan jenis zat warna sintetik yang boleh digunakan untuk memebri makanan atu minuman. Ketetapan tersebut dimuat dalam dalam Peraturan Mentri Kesehatan No. 11332/A/SK/73, sebagai berikut:

Warna
Nama
Nomor Indeks
Oranye
Kuning
Kuning
Hijau
Biru
Biru
ungu
Sunset Yellow PcF
Tartrazine
Quinline Yellow
Fast Green PcF
Brilliant Blue
Indigo Carmine
Violet GB
15985
19140
47005
42053
42090
42090
42640

Sumber : direktorat pengawetan makanan dan minuman (1978)
Untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan akibat penggunaan zat pewarna sintetik,maka disarankan penggunaan zat warna alamimisalnya daun suji ( pewarna hijau). Dapat pula membeli zat warna sintetik yang dapat di beli di apotik atau di took tertentu, yang telah disahkan Depkes. RI.

  1. Bumbu Masak Dan Penyedap Rasa
Berbgai macam rempah-rempah digunakan sebagai bumbumasakuntuk member rasa alami pada makanan, misalnya rasa daun jeruk, lengkuas, daun pandan, daun sledri, dan daun salam.selai bahan-bahan tersebut, saati ini banyak digunakan penydap masakan sintetis yaitu Mono Sodium Glutamat (MSG) atau vetsin dan dijual bebas di pasaran dengan berbagai merek dagang. Vetsin ini selain dapat member aroma yang sedap juga dapat memberi rasa yang enak jika dicampur dengan masakan. Namun, penyedap sintetik disarankan tidak ditambahkan pada makanan balita kita samapi menjelang remaja. Sebab, dikhawatirkan akan menyebabkan kerusakan pada sel saraf otak yang masih dalam taraf pertumbuhan.

Penggunaan bahan aditif harus secara bijak sana karena dapat menimbulkan berbagai dampak yang merugikan kita

Peranan Oomycotyna Dalam Kehidupan Manusia



Peranan Oomycotyna Dalam Kehidupan Manusia

Oomycotina berasal dari bahasa yunani dari kata oocyt yang berati telu dan mycos yang berati jamur. Oomycotina dapat diartikan sebagi jamur yang memiliki sel telur. Oomycotina hidup sebagai saprobe atu parasit, sebaga saproba pada jasad ikan yang mati dalam genangan air tawar, dan sebagai parasit pada ikan air tawar.
a.      Struktur tubuh oomycotina

Struktur tubuh omycotina kita dapat amati melalui jamur air saprolegnia yang mempunyai miselium dengan hifa tak bersekat dan bersifat koenositik. Oleh karean itu, pada klasifikasi lama, jamur ini diklompokan atau digolongkan kedalam jamur ganggang (phycomycetes). Perbedaan antara oomycotina dan jamur lainnya terletak pada bahan penyusun dindingnya berupa selulossa.

b.      Perkembangan oomycotina

Dalam hidupnya, jamur ini dapat mengalami dua macam perkembang biakan, yaitu secara aseksual dan seksual.

1.      Perkembangbiakan aseksual
Perkembangan secara aseksual dengan cara pembentukan zoozpora berflagel dua yang dibentuk di dalam zoosporangia yang terletak pada ujung hifa.

2.      Perkembangbiakan seksual
Perkembabgbiakan secara seksual dengan cara pembuahan sel telur yang haploid (dihasilkan di dalam oogonium) oleh inti seperma (di hasilkan oleh anteridium) yang haploid. Pembuhan tersebut menghasilkan oospora yang diploid. Setelah beberapa bulan dorman (tidur/istirahat), oospora kemudian berkecambah dan membentuk zoosporangium yang akan menghasilkan zoospora yang diploid. Dari uraian diatas kita dapat mengetahui, bahwa dalam daur hidupnya, fase diploid lebih panjang dari pada fase haploid

Oomycotina Yang Berperan Bagi Manusia

  1. Saprolegnia

Umumnya saproglegnia hidup sebagai saproba pada hewan mati dalam air, terutama dalam air tawar. Akan tetapi mereka juga parasit pada ikan yang hidup dikolam dan akurium. Saproglegnia hidup pada jaringan insang atau kulit, terutama bagian yang luka. Walaupun demikian Saproglegnia mempunyai fungsi penting dalam mengurai dalam ekosistem air tawar, seperti kolam dan tambak.

  1. Phytophthora (karat putih)

Phytophthora beradaptasi dengan kehidupan didarat. Adanya zoospora (spora kembara) dengan dua flagela merupakan petunjuk bahwa. Phytophthora merupakan jamur air. Tetapi , sporangium yang bertangkai panjang menjulang tinggi, sehingga memudahkan penyebaran spora dengan pertolongan angin. Hal ini menunnjukan suatu bentuk adap tasi dengan kehidupan darat.
Jamur Phytophthora hidup sebagai parasit pada tumbuhan, misalnya Phytophthora faberi  yang menyebabkan penyakit pada karet, yaitu pada bekas luka sadapan. Phytophthora infestans menyebabkan penyakit pada tanaman kentang. Jamur ini dapat menyerang daun maupun umbi kentang. Hifanya menjalar diantara sel-sel jaringan tanaman dan kemudian membentuk alat hisap, dengan alat ini diisapnya isi tumbuhan kentang. Selanjutnya jamur tersebut membentuk sporangium yang bentuknya lonjong pada ujung hifa . contoh lain adalah Phytophthora nicotianae yang merusak tembakau

Dampak penggunaan petisida








Kelemahan paling serius dari penggunaan bahan-bahan kimia untuk mengendalaikan hama penyakit adalah adalah bahwa kebanyakan spesies hama –khususnya hama serangga- dapat mengembangkan resistensi genitas terhadap racun-racun kimiawi melalui seleksi alamiah. Kalau suatu wilayah di semprot dengan pestisida, sebagian besar organisme hama terbunuh. Namun begitu, terdapat organisme dari suatu sepesies tertentu dapat terus hidup karena memiliki gen yang membuatnya resisten atau imun terhadap pestisida tertentu.
Oleh karena kebanyakan sepesias hama – hususnya serangga – memiliki waktu reproduksi yang pendek, sejumlah organisme yang dapat bertahan hidup dapat memproduksi sejumlah besar keturunan yang memiliki sama resistensinya dalam angka pendek.
Kalau populasi keturunannya di semprot berulang-ulang dengan pestisida yang sama, maka generasi berikutnya, akan memiliki resistensi yang lebih tinggi prosentasinya. Jadi, pestisida yang banyak dipakai (khusnya insektisida) akhirnya gagal karena adanya resistensi genetis dan biasanya malah mengakibatkan populasi hama yang jauh lebih besar, khussnya pada serangga  yang banyak keturunannya dan pendek waktu reproduksinya. Di daerah-daerah beriklim sedang, kebanyaka serangga mengembangkan resistensi genetis terhadap racun kimiawi dalam waktu 5-10 tahun. Di daerah tropis hal ini jauh lebih cepat terjadi. Organisme penyakit tanaman dan gulma juga mengembangkan resistensi genetis namun tak secepat seperti kebanyakan serangga.
Antara tahun 1950 dan 1990 hampir 500 sepesies hama serangga yang mempunyai resistensi genetis terhadapa satu pestisida atau lebih. Setidaknya 20 sepesies serangga pada saat ini imun terhadap semua insektisida yang umum dipakai. Diperkirakan menjelang tahun 2000 semua sepesies serangga yang merupakan hama utama akan menunjukan bentuk resistensi genetis, yaitu sekitar 80 sepesies serangga dan 500 spesies gulma menjadi resisten terhadap 1 hebatisida atau lebih. Oleh karena setengah atau dari keseluruahan pestisida di seluruh dunia herbisida, maka resistensi genetis pada gulma di perkirakan akan semakin meningkat pesat. Resis tensi genetis juga muncul pada 70 sepesies jamur yang di beri fungisida dan muncul pula pada 10 spesies pengerat ( kebanyakan tikus) yang di beri rodentisida.
Dengan adanya resistensi genetis ini, kebanyakan insektisida yang sering dipakai tidak lagi melindungi manusia dari penyakit yang ditularkan oleh serangga dibanyak wilayah di dunia. Ini kan membawa penyakit yang lebih serius. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya kenaikan 40x lipat penyakit malaria ditahun 1970 dan 1988 di 84 negara tropis dan sub tropis